Dalam artikel kali ini, kami ini ingin menjelaskan bahwa Indonesia akan mulai bertransisi memasuki tahap selanjutnya, yaitu mid business cycle (lihat Figure 1). Jadi walaupun US akan semakin mendekati kemungkinan resesi (dan China sedang dalam resesi), kami tetap optimis bahwa Indonesia tetap akan bertumbuh dengan baik di semester ke-2 tahun 2022 ini (dan juga di tahun 2023).
Asian Development Bank (ADB) pada tanggal 21 Juli 2022 baru-baru ini juga telah menaikkan perkiraan GDP growth Indonesia ke 5.2% YoY (dari sebelumnya 5.0% YoY) untuk tahun 2022 karena ADB melihat domestic demand recovery dan export growth yang sehat di tahun 2022 ini. Untuk tahun 2023, ADB juga memperkirakan perekomian Indonesia tumbuh sekitar 5.3% YoY.
Figure 1: Business Cycle – Indonesia, US, dan China |
|
|
Sumber: DIM, Fidelity |
Selain itu, kami juga melihat tren industrialisasi di Indonesia juga semakin bertumbuh dengan baik. Hal ini bisa dilihat dengan semakin meningkatnya tren Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia (lihat Figure 2). Sebagai produser nikel terbesar di dunia, Indonesia secara aktif membangun industri/ekosistem baterai electric vehicle (EV). Ini tercermin dari sektor industri logam dasar yang menjadi sasaran utama masuknya FDI ke Indonesia (lihat Figure 3). Sebagai contoh nyata, baru-baru ini pada tanggal 21 Juli 2022, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani nota kerjasama dengan Ford Motor Co (USA) dan Zhejiang Huayou Cobalt (China) terkait pengembangan fasilitas pengolahan logam nickel dengan metode High-Pressure Acid Leaching (“HPAL”) di Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Proyek ini adalah contoh nyata bahwa tren industrialisasi di Indonesia, terutama dalam industri mata rantai mobil listrik dunia, adalah sangat penting. Tetap positif dan tetap berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Figure 2: Foreign Direct Investment (US$ bn) |
Figure 3: Sektor Utama FDI (Jan – Jun 2022)
|
|
|
Sumber: BKPM, DIM |
Sumber: BKPM, DIM |