Bursa Asia diperkirakan menguat di awal pekan ini, meski Presiden AS Donald Trump kembali menggulirkan ancaman tarif terhadap sejumlah negara. Investor menilai ancaman tersebut lebih sebagai strategi negosiasi ketimbang kebijakan final yang akan menghambat perdagangan global. Sentimen positif juga ditopang oleh pernyataan Trump yang terbuka untuk melanjutkan dialog dagang, meskipun ia menegaskan tarif tetap menjadi bagian dari kesepakatan. Sementara itu, harga minyak melemah karena rencana tekanan terhadap Rusia belum diiringi kebijakan konkret terkait energi.
Fokus pasar Asia juga tertuju pada data ekonomi China yang menunjukkan pertumbuhan kuartal kedua melampaui target tahunan pemerintah, mengurangi kebutuhan akan stimulus tambahan. Neraca dagang mencatat surplus rekor, menandakan stabilnya ekspor meski sempat terdampak tarif. Namun, sektor properti masih menjadi titik lemah, dengan Vanke Co melaporkan potensi kerugian signifikan untuk semester pertama 2025.
Di AS, pelaku pasar menantikan musim laporan keuangan dan data inflasi terbaru. Meski proyeksi pendapatan korporasi cenderung rendah, hal ini justru membuka ruang untuk kejutan positif. Indeks harga konsumen (IHK) yang akan dirilis Selasa diperkirakan mengalami kenaikan moderat akibat tekanan biaya impor. Meski ancaman tarif terus mencuat, pasar saham tetap tenang, menunjukkan bahwa pelaku pasar mulai terbiasa dengan volatilitas politik yang tidak selalu berdampak langsung ke kinerja ekonomi atau korporasi.
sumber : Berbagai Sumber
BBRI
Price : 3.780 (closed 14/07/2025)
Pivot : 3.760
S1 : 3.752
R1 : 3.768
Info Produk & Layanan : bit.ly/InvestasiBRI atau hubungi Private Banker
Term & Condition apply
#BRIwmhouseviewcompile