5 Jenis Risiko Perbankan dan Cara Manajemennya yang Dilakukan BRI
Bank Rakyat Indonesia (BRI) memenangkan 7 penghargaan Asia’s Best Companies 2024 pada Juni lalu. Salah satu kategori yang dimenangkan BRI adalah Best Managed Company (Gold).
Penghargaan tersebut diberikan atas kemampuan BRI dalam mempertahankan performa manajemen yang kuat, termasuk konsistensi BRI dalam menumbuhkan pendapatan dan laba bersih melalui manajemen risiko perbankan yang kokoh.
Risiko perbankan merupakan dampak kerugian yang mungkin terjadi akibat aktivitas operasional dan nonoperasional bank. Berikut sejumlah cara manajemen yang dilakukan BRI dalam mengatasi risiko perbankan:
1. Risiko Kredit
Salah satu keuntungan bank diperoleh melalui bunga dari hasil penyaluran kredit pinjaman kepada debitur perorangan maupun organisasi. Namun, aktivitas ini juga bisa menimbulkan risiko kerugian ketika kredit macet akibat calon peminjam (debitur) tidak mampu melunasi pinjaman.
Untuk mengatasi risiko kredit macet, BRI melakukan penilaian kelayakan calon peminjam kredit secara ketat. Hal yang diperhitungkan, antara lain watak calon debitur, kapasitasnya dalam mengelola dan mendapatkan laba dari bisnis, kecukupan modalnya dalam menjalankan usaha, dan kestabilan finansialnya.
BRI juga mempertimbangkan jaminan fisik yang diberikan oleh calon debitur jika risiko kredit macet terjadi, serta segala jenis hambatan yang mungkin memengaruhi calon peminjam memenuhi kewajibannya.
Selain menilai kelayakan calon peminjam, BRI juga melakukan monitoring debitur serta mitigasi risiko kredit macet melalui pengendalian kualitas aset.
Baca Juga: 16 Istilah di Dunia Investasi yang Wajib Investor Tahu
2. Risiko Likuiditas
Ini merupakan risiko yang muncul ketika bank tidak memiliki cukup likuiditas untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Risiko likuiditas bisa saja terjadi akibat tidak lakunya aset di pasaran hingga pemantauan arus kas yang buruk.
Mencegah hal tersebut, BRI melakukan manajemen perbankan yang solid melalui pengelolaan likuiditas yang hati-hati dengan menjaga cadangan kas yang cukup dan manajemen aset-liabilitas yang seimbang.
3. Risiko Pasar
Perubahan suku bunga, nilai tukar, dan harga aset lainnya dapat memengaruhi nilai portofolio bank di pasar uang dan saham. Pergerakan harga yang tak menguntungkan bisa berdampak pada stabilitas bank.
Untuk mencegah dampak kerugian akibat fluktuasi pasar tersebut, BRI melakukan sejumlah strategi untuk mengurangi risiko kerugian (hedging) dan diversifikasi portofolio.
Baca Juga: Cara Tepat Menghitung Bunga Deposito yang Mesti Dipahami
4. Risiko Operasional
Risiko kerugian juga bisa terjadi akibat kegagalan sistem perbankan dan operasional hingga kesalahan pegawai yang menjalankan operasional bisnis dan produksi. Karena itu, BRI menerapkan teknologi perbankan yang aman, rutin melakukan pelatihan dan pengembangan staf, serta mengadakan pengawasan internal ketat untuk mengurangi kesalahan operasional.
5. Risiko pandangan negatif publik terhadap bank
Kegagalan bank dalam mengatasi risiko operasional, pasar, likuiditas, maupun kredit bisa saja menyebabkan pandangan negatif di masyarakat. Ketidakpercayaan publik ini dapat menimbulkan kerugian secara keseluruhan terhadap bisnis perbankan.
Manajemen perbankan yang dilakukan BRI untuk mengatasi risiko ini adalah dengan mengedepankan transparansi dalam berkomunikasi kepada masyarakat, menjaga kualitas layanan, serta mengelola hubungan dengan publik secara efektif.
Manajemen perbankan sangat penting untuk mengatasi krisis dan menjaga kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Melalui sederet cara manajemen perbankan yang baik dan efektif, BRI bertekad untuk terus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.